Para peneliti dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, menemukan bahwa hormon seks yang bernama estrogen pada perempuan memiliki peran yang sama dengan hormon seks testosteron pada laki-laki: bahan bakar kekuasaan.
Steven Stanton dan Oliver Shultheiss dari Human Motivation & Affective Neuroscience Lab di Universitas Michigan melakukan penelitian terhadap kebutuhan perempuan akan kekuasaan dan membandingkannya dengan kadar estrogen yang dimilikinya sebelum dan sesudah mengikuti kontes one-on-one dominasi. Hasilnya, para peneliti itu menemukan bahwa sebelum perempuan memasuki sebuah arena kontes, tingginya motivasi untuk menguasai sejalan dengan tingginya kadar estrogen yang dimiliki. Artinya, mereka yang memiliki kadar estrogen tinggi juga memiliki motivasi menguasai yang tinggi.
Para pemenang kontes menunjukkan peningkatan estrogen sesudah kontes berlangsung, tetapi hanya jika mereka telah memiliki kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi (need of power). Bahkan peningkatan kadar estrogen itu masih bisa dideteksi sehari setelah kontes berakhir.
Sebaliknya, mereka yang kalah menunjukkan penurunan estrogen setelah kontes berlangsung meskipun awalnya memiliki motivasi menguasai yang tinggi. Efek itu tidak ditemui pada perempuan yang tidak memiliki kebutuhan menguasai (need of power) yang tinggi.
“Temuan kami dengan sempurna menunjukkan kesamaan dengan apa yang telah kami pelajari dari kaitan motivasi menguasai dan hormon testosteron pada laki-laki.” ungkap Schultheiss. Pada laki-laki, motivasi menguasai diasosiasikan dengan peninggian kadar hormon testosteron, terutama setelah kemenangan dalam kontes. Pada perempuan, estrogen tampaknya merupakan hormon yang bertanggung jawab terhadap motivasi menguasai. Jadi, estrogen adalah bahan bakar bagi para perempuan, sebagaimana testosteron merupakan bahan bakar bagi laki-laki.
Source: University of Michigan
No comments:
Post a Comment