Monday, March 22, 2010

Tentang Past Life Regression (Regresi Masa Lampau)




Buat Sobat pembaca, perlu sekali lagi saya tegaskan bahwa disini gusti bukanlah hipnoterapis atau sejenisnya. Tapi karena gusti sangat sangat tertarik dengan dunia yang satu ini, maka gusti carikan rederensi artikel buat sobat baca yang sumbernya sudah ada di bagian paling bawah artikel... Terima Kasih, Selamat Menikmati


Seorang kawan bertanya kepada saya, “Pak, apakah past life itu benar-benar ada?”


Wah, ini pertanyaan yang saya harus hati-hati dalam menjawab. “Mengapa Bapak bertanya mengenai hal ini?”, saya balik bertanya.

”Saya baru selesai membaca tiga buku yang bercerita mengenai past life. Judul buku itu Journey of Souls karangan Michael Newton, Many Lives Many Masters karangan Brian Weiss, dan satu lagi yang ditulis orang Indonesia, Nathalia Sunaidi, yang berjudul Journey to My Past Lives. Menurut buku-buku itu, dengan menggunakan teknik hipnoterapi tertentu, kita bisa mengakses informasi mengenai kehidupan masa lalu kita. Nah, karena Bapak adalah seorang hipnoterapis, saya ingin tahu mengenai hal ini dari seorang yang memang pakarnya. Biar nggak salah informasi. Bapak sudah baca buku-buku itu?” jawab kawan saya dan balik bertanya.

”Sudah. Dan masih ada beberapa buku lain lagi yang berbicara mengenai topik yang sama, past life. NGH (National Guild of Hypnotists) di Amerika,  juga pernah mengeluarkan publikasi mengenai topik ini.”, jawab saya.

Pembaca, mengapa saya saya harus hati-hati dalam menjawab pertanyaan kawan saya mengenai past life?

Sebagai seorang hipnoterapis, untuk bisa membantu klien dengan efektif,  saya harus mempelajari berbagai teknik terapi. Salah satunya adalah past life regression (PLR). Namun, saya tidak dalam kapasitas, bila ditanya oleh klien, untuk menjawab apakah past life itu ada atau tidak.

Mengapa saya harus mengambil sikap seperti ini?

Sebagai terapis saya harus bersikap netral. Saya tidak boleh mempengaruhi klien mengikuti belief system saya, baik itu apakah saya percaya atau tidak mengenai adanya past life. Pendekatan saya dalam melakukan terapi bersifat client centered dan evidence based. Bukan therapist centered.  Bila anda ingin lebih jelas mengenai PLR anda bisa membaca buku saya Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring.

Terlepas dari apakah past life itu ada atau tidak, bergantung pada belief system seseorang, namun apabila teknik ini bisa menyembuhkan masalah emosi atau mental seseorang maka kita sebagai terapis akan menggunakan belief ini. Teknik ini namanya teknik utilisasi. Jadi kita menggunakan apapun yang dibawa oleh klien untuk bisa membantu klien keluar dari masalahnya. Jika misalnya klien percaya bahwa ia bisa sembuh bila berbicara pada sebuah batu berbentuk segi lima dan berwarna hitam maka saya akan menggunakan belief ini untuk membantunya.

Demikian juga bagi klien yang percaya mengenai past life maka saya akan mengikuti belief-nya. Bila ia tidak percaya past life namun “seakan-akan” mengalami suatu kejadian dengan setting dari “kehidupan masa lalu” maka saya akan mengatakan bahwa ini semua adalah gambaran mental yang dimunculkan oleh pikiran bawah sadar dalam upaya membantu dirinya.

Nah, kembali pada past life, saat ini ada banyak pihak/lembaga yang menawarkan PLR. Penawaran ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena didorong oleh keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi.

 Pembaca, sekali lagi, terlepas dari belief  kita masing-masing mengenai past life, dalam artikel ini saya tidak dalam kapasitas membenarkan atau membantah keberadaan past life. Saya hanya menguraikan salah satu teknik terapi, yang sangat lazim dipraktikkan di dalam hipnoterapi, yaitu teknik terapi dengan PLR.

Apakah mudah melakukan PLR? Jawaban sejujurnya, “Bergantung”.

Bergantung pada apa?  Bergantung pada kesediaan dan kesiapan klien dan kecakapan hipnoterapis.

Setiap hipnoterapis yang mampu melakukan age regression akan dapat dengan mudah melakukan PLR. Secara prinsip, age regression dan PLR sama caranya. Hanya saja untuk age regression kita, terapis, membawa klien mundur ke masa lalu mereka dalam masa kehidupan ini. Sedangkan dalam PLR kita membawa klien mundur ke kehidupan lampau mereka. Baik age regression atau PLR bertujuan untuk menemukan akar masalah dan melakukan terapi di setting masa itu.

Bila kita asumsikan klien telah siap dan bersedia melakukan dan mengalami PLR maka keberhasilan PLR selanjutnya sepenuhnya bergantung kecakapan si hipnoterapis.

Si hipnoterapis perlu mengenal tipe sugestibilitas klien agar dapat menggunakan teknik induksi yang sesuai sehingga dapat membawa klien masuk ke kedalaman trance yang sesuai untuk teknik PLR. Minimal medium trance dan akan sangat baik bila klien bisa masuk ke kondisi deep trance atau somnambulisme.

Mengapa klien perlu dibawa sampai ke deep trance?

Ini bertujuan agar pikiran sadar klien sudah benar-benar ”off” sehingga tidak akan mengganggu proses PLR dengan memunculkan berbagai gambaran mental atau imajinasi yang keliru.

Selain itu, satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah hipnoterapis tidak boleh, saya ulangi tidak boleh, melakukan leading saat melakukan PLR. Yang hanya boleh dilakukan adalah guiding. Leading sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan false memory pada klien. Prinsip yang sama juga berlaku dalam melakukan age regression.

Yang dimaksudkan dengan leading adalah hipnoterapis, baik disengaja atau tidak, mengarahkan pikiran kliennya dengan sugesti tertentu. Misalnya dengan pernyataan, ”Apakah anda melihat .......(sesuatu)?”, atau ”Apakah anda mendengar.........(sesuatu)?”, ”Apakah anda berada di istana di jaman kerajaan XYZ ?”.

Saat dalam kondisi deep trance pikiran klien sangat reseptif. Apapun yang hipnoterapis katakan pada klien langsung diterima oleh pikiran bawah sadar klien, tanpa dianalisis sama sekali, dan akan muncul gambaran mental yang sejalan dengan sugesti yang diberikan. Sugesti yang diwujudkan dalam bentuk gambaran mental ini akan diterima menjadi suatu ”realita” dan terekam sempurna dalam bentuk memori di pikiran klien.

Dalam guiding hipnoterapis hanya mengajukan pertanyaan yang bersifat netral, tidak mengarahkan pikiran klien. Dalam hal ini klien yang berperan aktif dalam menceritakan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Hipnoterapis hanya memancing dengan kalimat, misalnya, ”Terus... apa lagi yang anda lihat/dengar/rasakan?”.
  
Oh ya, bisa jadi saat melakukan age regression untuk membantu klien menemukan akar masalah, tanpa direncanakan sama sekali, ternyata klien malah mengalami PLR spontan. Klien mundur ke kehidupan masa lalu dan menemukan akar masalah mereka di kehidupan lampau mereka. Hipnoterapis yang tidak siap dengan kondisi ini biasanya akan panik dan akan langsung menghentikan proses terapi. Sudah tentu kondisi ini tidak baik untuk klien.

Ada satu contoh menarik mengenai hal ini. Seorang wanita, sebut saja Sandra, penderita kegemukan/obesitas mengalami kesulitan untuk diet. Segala cara telah dicoba untuk menurunkan berat badannya. Namun tetap tidak bisa berhasil.  Sandra bahkan sudah meminta bantuan hipnoterapis untuk membantu dirinya agar bisa disiplin menjalankan program diet. Hasilnya? Tetap nggak bisa. Setiap kali Sandra melihat makanan akan langsung timbul keinginan kuat untuk makan. Sandra tidak bisa menahan nafsu makannya. Jadi, setiap kali lihat makanan maka Sandra pasti memakan makanan itu.

Hipnoterapis selanjutnya berusaha mencari akar masalah yang membuat Sandra tidak bisa menahan nafsu makan dengan menggunakan teknik age regression. Ternyata dengan teknik ini hipnoterapis tidak berhasil menemukan akar masalah Sandra di kehidupannya saat ini. 

Selanjutnya hipnoterapis meneruskan penggalian akar masalah ke kehidupan masa lalu Sandra dengan menggunakan teknik PLR. Ternyata di satu kehidupan lampau, tepat sebelum kehidupannya yang sekarang, Sandra meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Ia, yang saat itu masih berusia sekitar 6 tahun, meninggal dalam kondisi kelaparan.

Ternyata memori ini terekam dengan sangat kuat di pikiran bawah sadar Sandra. Itulah sebabnya setiap kali ia, di kehidupannya yang sekarang, melihat makanan maka timbul dorongan yang sangat kuat untuk makan agar bisa “tetap hidup”.

Setelah akar masalahnya berhasil dibereskan oleh hipnoterapis dorongan makan yang berlebihan itu langsung hilang. Dan Sandra bisa dengan mudah menjalankan program diet dan berhasil menurunkan berat badannya.

Ini adalah salah manfaat PLR untuk membantu klien keluar dari masalah mereka. Selain manfaat seperti yang saya ceritakan di atas anda mungkin bertanya, ”Apakah PLR ada efek samping? Berbahaya nggak sih kalau melakukan PLR?”.

Jawaban jujur, jika PLR dilakukan oleh hipnoterapis yang cakap maka sama sekali tidak ada efek samping atau bahayanya. Namun jika PLR dilakukan oleh hipnoterapis yang tidak cakap, atau sengaja melakukan leading, atau dilakukan sendiri maka bisa timbul efek negatif yang cukup berbahaya.

PLR sendiri sebenarnya tidak berbahaya. Yang berbahaya adalah apabila klien, baik mengalami PLR dengan bantuan hipnoterapis atau dengan melakukannya sendiri, mengalami false memory atau abreaction yang tidak terkendali.

False memory, seperti yang telah saya jelaskan sekilas di atas, sangat berbahaya karena klien akan menerima sugesti, baik yang disengaja atau tidak disengaja untuk menimbulkan gambaran mental tertentu, sebagai suatu kebenaran. False memory selanjutnya, setelah terintegrasi ke dalam memori klien, akan menjadi ”realita” yang mempengaruhi hidup klien.

Saya teringat beberapa tahun yang lalu saat mengikuti lokakarya yang diadakan oleh salah satu lembaga yang mengajarkan Reiki. Lokakarya diadakan di daerah Prambanan, Jogja, dan dihadiri oleh banyak peserta dari berbagai kota di Indonesia.

Guru besar lembaga itu mengklaim bahwa ia dapat membantu meningkatkan level spiritual (ascension) seseorang sehingga orang itu akan dapat menyatu dengan Tuhan. Salah satu teknik yang digunakan adalah teknik untuk mengetahui jati diri (higher self) masing-masing peserta.

Tertarik dengan tawaran seperti itu dan didorong rasa penasaran dan ingin tahu teknik spiritual apa yang diajarkan di lokakarya itu saya akhirnya memutuskan untuk hadir. Ternyata yang digunakan adalah teknik age regression yang dilanjutkan dengan PLR.

Yang sangat berbahaya adalah ternyata guru besar lembaga itu menggunakan leading dan mengarahkan pikiran peserta untuk melihat guru besar itu sebagai wakil atau tangan kanan Tuhan yang ditugaskan datang ke dunia untuk membantu umat manusia.

Beberapa peserta ada yang berhasil ”mengetahui” kehidupan masa lalu dan bahkan kehidupan masa depan mereka. Seorang kawan saya sempat stress karena ”mengetahui” bahwa dulunya ia adalah seorang raja. Namun hidupnya saat ini serba kekurangan.

Bahkan, yang lebih parah lagi, ada peserta, ini kawan dekat saya,  yang ”mengetahui” bahwa ia dulunya adalah Ganesha. Ck..ck..ck...betapa berbahayanya situasi ini. Kawan saya ini sempat stress berat. Dan untuk menghibur dirinya sambil bercanda saya berkata, ”Kayaknya benar deh kamu dulunya Ganesha. Soalnya kamu ini kulitnya agak hitam dan memang tampangmu ada miripnya dengan  gajah."

Rata-rata peserta ”mengetahui” bahwa mereka ini dulunya adalah murid dari guru besar ini di kehidupan lampau. Jadi, sekarang mereka bertemu lagi untuk meneruskan pelajaran yang belum selesai. Dan benar, para peserta itu menjadi pengikut setia guru besar ini, hingga saat ini.

Setelah acara selesai banyak peserta yang masih penasaran dan ingin mengalami lagi PLR. Lalu lembaga ini mengadakan sesi khusus di Surabaya dan menawarkan kesempatan bagi orang, yang tentunya diharuskan membayar sejumlah uang, untuk bisa diregresi ke kehidupan masa lalu mereka.

Apa yang terjadi saat PLR di Surabaya sungguh luar biasa.

Apanya yang luar biasa?

Anda tidak akan percaya bila saya ceritakan ada peserta yang saat diregresi mengaku bahwa dulunya ia adalah Spiderman. Wah... wah... sungguh dahsyat, kan?  

Siapa yang melakukan PLR ini? Ya, murid-murid utama guru besar itu yang sekaligus merupakan pengurus lembaga ini di Surabaya.

Apakah mereka mempunyai latar belakang sebagai seorang hipnoterapis? Apakah mereka mendalami mengenai cara kerja pikiran, teknik induksi, pikiran sadar dan bawah sadar, teknik age regression, atau PLR?

Jawabannya sama sekali tidak. Mereka kebetulan adalah para murid mendapat predikat sebagai Reiki Master.   

Bahaya yang kedua adalah Abreaction yaitu ledakan emosi saat seorang klien ”mengalami” kembali pengalaman traumatik yang dulu pernah mereka alami. Istilah teknisnya revivification.

Saat mengalami revivification klien benar-benar menjalani kembali semua pengalaman traumatik itu. Bila abreaction ini tidak tertangani dengan baik maka akan dapat mengakibatkan gangguan mental emosional dalam diri klien.

Seorang kawan baru-baru ini mencoba melakukan PLR sendiri. Secara tiba-tiba ia mengalami kembali berbagai pengalaman traumatik. Dan karena tidak tahan dengan guncangan emosi akibat pengalaman itu ia memutuskan untuk segera keluar dari kondisi hipnosis.

Apakah ceritanya hanya berakhir sampai di sini?

Tidak. Ternyata sejak saat itu ia mengalami ketidakstabilan emosi yang cukup mengganggu hidupnya. Ia telah berusaha menerapi dirinya sendiri dengan beberapa teknik terapi plus doa. Hasilnya tetap tidak bisa maksimal.

Kawan saya ini akhirnya minta tolong saya untuk membantu mengatasi masalahnya. Ia merasa ada blocking energi di daerah tenggorokannya. Rasanya seperti orang yang sakit gondok. Kejadian ini mengingatkan saya pada seorang klien wanita yang juga mengalami hal yang sama. Ia merasakan blocking energi yang sangat besar, di daerah tenggorokan, karena ada bagian (part) dari dirinya yang tidak bisa memaafkan dirinya atas apa yang telah ia lakukan. 

source: http://www.adiwgunawan.com/awg.php?co=p5&mode=detil&ID=77

No comments:

Post a Comment