Tuesday, March 23, 2010

Evolusi Ubur-ubur Kotak Yang Sangat Beracun Terungkap



Perilaku kawin dari ubur-ubur kotak Copula sivickisi. Jantan (atas) dan betina (bawah) terlibat dalam ritual kawin rumit yang unik diantara para cnidaria (ubur-ubur, hidra, anemon, koral dan sejenisnya). (Credit: Image courtesy of Alvaro E. Migotto)

ScienceDaily (Nov. 26, 2009) — Dengan ribuan sel penyengat yang dapat menghasilkan racun mematikan dari tentakel yang dapat mencapai panjang 3 meter, 50 atau lebih spesies ubur-ubur kotak telah lama menarik minat para ilmuan dan masyarakat umum. Namun sedikit sekali yang diketahui tentang evolusi cabang purba dari pohon kehidupan hewan ini.

Dalam sebuah paper yang diterbitkan tanggal 18 November dalam Proceedings of the Royal Society, para peneliti dari NOAA, Allen Collins, Bastian Bentlage dan Cheryl Lewis Ames dari Northeast Fisheries Science Center's National Systematics Laboratory dan koleganya dari University of Kansas, Pacific Biosciences Research Center Hawaii dan University of Queensland Australia telah berhasil mengungkap hubungan evolusi pada beragam spesies ubur-ubur kotak, sehingga memberi petunjuk pada evolusi racun mereka.

“Dengan menemukan hubungan antara beragam ubur-ubur kotak, yang sebagian mampu membunuh manusia yang sehat, studi ini dapat membantu perkembangan anti bisa dan perawatan atas sengatannya di masa datang,” kata Collins, seorang spesialis Cnidaria, filum hewan yang memuat ubur-ubur kotak. “Para peneliti kini mampu membuat pilihan lebih baik mengenai organisme untuk studi racun di masa datang, dan meramalkan spesies apa yang memerlukan perhatian publik selain yang sudah ada sekarang”

Selain tingkat racun mereka, ubur-ubur kotak memiliki ciri menarik lainnya. Beberapa spesies memiliki 24 mata, mampu mengindera cahaya dan membentuk citra sekelilingnya. Kenapa mereka memiliki mata yang rumit, seberapa jelas penglihatan mereka dan apa peran penglihatan dalam perilaku kawin dan makan mereka masih belum diketahui.

Penglihatan mungkin berhubungan dengan evolusi perilaku kawin yang sangat aneh pada spesies ubur-ubur kotak. Ubur-ubur biasanya berkerumun, dimana jantan dan betina melepaskan sperma dan telur mereka ke air tanpa hubungan fisik. Peneliti Cheryl Lewis Ames mendokumentasikan setidaknya satu spesies ubur-ubur kotak, Copula sivickisi (sebelumnya dinamakan Carybdea sivickisi), yang melakukan semacam perkawinan dimana jantan dan betina berhubungan badan dalam satu pasangan.

Ubur-ubur kotak, juga disebut tawon laut, penyengat laut atau ubur-ubur api, hidup pada umumnya di perairan pesisir hangat di dunia. Mereka khususnya banyak di Australia, Filipina dan Asia Tenggara, namun juga ditemukan di Hawaii dan perairan lepas pantai Teluk Meksiko dan Amerika Serikat bagian Atlantik. Tingkat racun mereka beragam antar spesies mulai dari yang sepenuhnya tidak berbahaya hingga dapat membuat mati manusia dalam beberapa menit setelah tersengat.

Dinamakan untuk badan mereka yang berbentuk kotak atau kubus, hewan ini adalah anggota dari Cubozoa, kelas terkecil Cnidaria, hewan mulai dari anemon laut dan koral hingga ubur-ubur portuguese man of war dan ubur-ubur sejati, semua yang memuat kapsul penyengat yang disebut nematokista.

Memakai DNA yang diekstrak dari contoh jaringan, para peneliti memakai sejumlah uji genetik dan teknik analisa untuk melacak evolusi beragam spesies dan tingkat racun mereka dan untuk menyingkirkan spesies yang salah tangkap. Studi tiga tahun ini melihat pada lusinan spesimen dalam koleksi di seluruh dunia.

Ubur-ubur kotak australia (Chironex fleckeri), ubur-ubur kotak terbesar dan dipandang sebagai hewan laut paling mematikan dengan sengatan yang fatal. Kerabat dekatnya, Chironex yamaguchii, menyebabkan kematian di jepang dan filipina. Spesies yang jauh lebih kecil, Carukia barnesi, adalah spesies pertama yang diketahui menyebabkan sindrom irukandji. Gejalanya antara lain rasa sakit luar biasa di punggung bagian bawah, nausea, sakit kepala, muntah dan kadang memunculkan perasaan orang yang terkena “merasa seluruh hidupnya hancur”, namun gejala ini biasanya tidak mengancam nyawa. Spesies ubur-ubur kotak lainnya juga dikenal dapat menyebabkan gejala yang sama.

“Mengetahui yang mana berkerabat dengan yang mana dalam ubur-ubur kotak akan sangat membantu dalam meramalkan spesies yang tidak kita kenal jauh ini,” kata Collins yang mulai mempelajari kaitan evolusi ubur-ubur kotak lebih dari sepuluh tahun lalu. “Sebagai contoh, kita mungkin tidak tahu seberapa seriusnya sengatan dari spesies ubur-ubur tertentu, namun jika kita tahu kerabat dekatnya dapat menyebabkan sindrom Irukandji, maka sangat mungkin kalau spesies ini juga dapat menyebabkan sindrom ini. Begitu juga, ada anti racun dari Chironex fleckeri, yang merupakan kerabat terdekat dari Chironex yamaguchii. Akan sangat mungkin kalau anti racun tersebut juga akan bekerja pada sengatan spesies ini juga.”

Hasil penelitian menunjukkan kalau racun ubur-ubur kotak mengandung keluarga baru protein yang unik. Namun begitu, pengujian tingkat racun lebih jauh dengan lebih banyak spesimen diperlukan untuk menjawab pertanyaan mengenai racun dan mengembangkan anti racun dan perawatan untuk sengatan ubur-ubur kotak.
Cnidaria sulit dipelajari karena struktur mereka yang sederhana sehingga sulit dibandingkan dengan organisme lainnya. Beberapa spesimen tersedia di musium atau lab untuk studi molekul atau biologi, namun fosil mereka langka.

Walau sedikit spesimen untuk diteliti, para ilmuan berhasil menemukan beberapa pola dalam persebaran global spesies ubur-ubur kotak. Sebagian hidup hanya di atlantik, lainnya di pasifik dan ada juga ditemukan di samudera Hindia. Hanya Beberapa jenis saja yang ditemukan di ketiga samudera dan di seluruh daerah tropis di dunia. Geografi tampak mengisolasi spesies dan sebagian besar tampak tidak melintasi habitat samudera terbuka. Gerakan lempeng purba dan perubahan permukaan laut tampak telah memaksa keragaman awal dalam spesies ini.

Pendanaan untuk studi ini disediakan oleh beasiswa dari inisiatif penyusunan pohon kehidupan National Science Foundation dan yayasan PADI. 

source: http://faktaevolusi.blogspot.com/2009/12/evolusi-ubur-ubur-kotak-yang-sangat.html

No comments:

Post a Comment