Friday, March 5, 2010

Mati Tak Wajar Membawa Sial (Mitos)

Mitos sebagian warga Tionghoa, anak muda meninggal akibat tabrakan atau meninggal di luar rumah, diyakini membawa sial untuk keluarga, hingga mayatnya tidak boleh dibawa pulang ke rumah, perlahan mulai luntur.
Pengelola Rumah Duka Tionghoa, Pandita Tjang Kui (49),mengatakan lunturnya kepercaan tersebut dikarenakan berkembangnya cara berpikir modern di kalangan sebagian etnis Tionghoa terhadap takhayul.
“Tidak begitu sekarang. Orang Cina sudah berpikir modern,” kata Tjang di Rumah Duka Tionghoa, Baloi, Jumat lalu.
Tjang menuturkan, orang yang meninggal usia anak-anak hingga usia 18 menurut kepercayaan dulu memang harus dikubur dalam waktu hari meninggal. Hal ini dikarenakan, kesialan orang yang mininggal mempersulit keberuntungan keluarga dan menyulitkan bagi nenek dan kakeknya jika belum meninggal. “Harus dikubur, hari itu juga,” tuturnya.
Lebih lanjut, Tjang mengatakan, warga Tionghoa mulai percaya bahwa orang meninggal baik akibat tabrakan atau meningal dengan wajar ditentukan oleh karma. “Kalau dulu, orang tua kita mengatakan akan membawa sial, tapi sekarang kita lebih percaya bahwa itu dikarenakan hukum karma,” pungkasnya.
Mati Bunuh Diri
Hal senada juga diungkapkan oleh Pengurus Vihara Cetya Utama, Ahua (35), bahwa etnis Tionghoa sudah tidak lagi mempercayai orang meninggal muda karena bunuh diri membawa sial buat keluarga. “Kita sudah tidak percaya dengan hal seperti itu,” ungkap Ahua, di Vihara Cetya Utama, Kampung Utama I.
Dulu diyakini, biasanya arwah yang meninggal karena bunuh diri atau tabrakan rohnya akan mendatangi keluarga dengan tujuan agar keluarga mencari penyebab kematiannya.
“”Tergantung permasalahannya apa. Mati penasaran, rohnya belum puas dengan kematiannya, kenapa bisa mati? Akhirnya, roh yang meninggal karena tabrakan dan bunuh diri itu menggagu keluarga.”

No comments:

Post a Comment