Monday, March 8, 2010

Pengetahuan Tentang Mimpi



Mimpi adalah misteri yang telah diperbincangkan sepanjang sejarah manusia. Mimpi telah diartikan sebagai pesan dari Tuhan, pesan dari bawah sadar, hingga sekedar buah dari tidur.

Setiap kebudayaan dipastikan mempunyai pemaknaan tersendiri tentang mimpi. Tafsir mimpi dapat ditelusuri jauh hingga kebudayaan mesir kuno. Masyarakat kini pun masih menggali tafsir-tafsir mimpi bagi kehidupannya. Akan tetapi, perlu ditekankan, bahwa tafsir mimpi tidaklah bersifat universal, karena mimpi mempunyai arti tersendiri bagi setiap kebudayaan atau individu. Misalkan mimpi digigit seekor ular, bagi kebanyakan masyarakat barat ini dapat ditafsirkan sebagai pertanda akan adanya penghianatan, akan tetapi bagi sebagian orang di Indonesia ini berarti si pemimpi akan bertemu dengan jodohnya. Sebab itulah setiap kebudayaan mempunyai tafsir mimpinya sendiri yang berbeda-beda satu dengan yang lain.

Masyarakat modern yang tak mengakui tafsir mimpi pun mengungkapkan hal yang menarik tentang mimpi. Mimpi memberikan suatu rasa emosi yang begitu kuat, sehingga bagi si pemimpi, mimpi merupakan suatu kenyataan lain. Lingkungan, benda-benda maupun orang dalam dunia mimpi bisa tampak absurd, tetapi perasaan yang ditimbulkannya tidak. Emosi yang muncul dalam mimpi begitu nyata dirasakan hingga dapat mempengaruhi seseorang setelah bangun.

Mimpi yang begitu nyata dapat merubah seseorang, seolah mendapat kesempatan kedua. Misalkan seorang gadis yang sedang bingung memilih pasangan di antara dua pria, A dan B. Suatu malam ia bermimpi menjalani hidup bersama B, dan semua terasa begitu nyata. Dalam mimpi ini ia menjalani pengalaman yang amat buruk. Saat bangun, semua ingatan dan perasaan terhadap B juga nyata, dan akhirnya ia memutuskan untuk memilih A. Perlu ditekankan bahwa dalam mimpi, si gadis mengalami sebuah pengalaman nyata yang tidak nyata. Ia mendapatkan pengalaman menjalani hidup bersama B tanpa harus benar-benar mengalaminya di dunia nyata. Atau seorang pemuda yang baru mulai memakai narkoba, yang dalam mimpi menjalani pemeriksaan dan dinyatakan positif HIV. Bayangkan bagaimana rasanya divonis menderita HIV. Semua rasa putus asa dan penyesalaan ia rasakan hingga saat ia terbangun. Kini ia tahu bagaimana rasanya terkena HIV dan langsung memutuskan berhenti menggunakan narkoba.

Mimpi juga merupakan dunia yang aneh, karena hal-hal yang mustahil terjadi dapat dengan mudah kita lihat dan rasa. Sebuah buku, dalam mimpi, bisa dibaca dan dimakan secara bersamaan. Ini disebabkan oleh letupan ingatan yang muncul tumpang tindih dalam mimpi kita. Kenangan maupun ingatan yang muncul biasanya berasal dari ingatan jangka pendek, meskipun tidak terlepas kemungkinan munculnya ingatan dari masa yang sudah lama lewat. Untuk sementara ini mekanisme pemilihan ingatan yang muncul dalam mimpi masih belum dapat dijelaskan, sehingga dianggap muncul begitu saja secara acak.

Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah ‘saluran’ pengaman bagi emosi manusia, dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat lewat mimpi. Mimpi yang oleh banyak peneliti disebut sebagai sleep mentation, mempunyai hubungan erat engan emosi. Dikatakan bahwa kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi sebelum tidur. Seseorang yang sedang cemas, sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses tidur dan terbangun di tengah malam. Tetapi jika seseorang sering bermimpi buruk belum tentu dia depresi atau cemas, ini bisa saja disebabkan oleh kegemarannya menonton film horor.

Para psikoterapis beranggapan bahwa dengan menanyai isi mimpi seseorang, mereka dapat mengakses pikiran-pikiran atau emosi-emosi terpendam yang tak bisa diungkapkan oleh pasien. Sehingga pada beberapa sesi, mimpi menjadi topik utamanya. Interpretasi isi mimpi semacam ini tidak bisa disamakan dengan tafsir mimpi yang berbau takhyul. 

Dalam tahapan tidur, mimpi dikaitkan dengan tahap tidur REM (rapid eye movement.) Pada penelitian menggunakan polysomnography, subyek dibangunkan dan ditanyakan isi mimpinya beberapa kali. Jika bangun pada tahap REM ia dapat menjelaskan isi mimpi dengan jelas dan nyata. Sedangkan ketika subyek dibangunkan pada tahap NREM (non-REM,) ia hanya mengingat mimpi secara samar-samar, atau malah lupa sama sekali.
Pada tahap tidur REM, bola mata bergerak-gerak dengan cepat. Bahkan pada sebuah penelitian, terjadi gerakan mata yang teratur ke kiri dan ke kanan, setelah dibangunkan, si subyek mengatakan bahwa ia bermimpi sedang menonton permainan tenis.

Mimpi terjadi pada tahap tidur REM. Meskipun tidak dapat dijelaskan secara pasti sumber biologis dari mimpi, dapat dikatakan bahwa aktivitas otak saat mimpi sama persis dengan saat terjaga. Hanya saja pada tidur REM (mimpi,) gelombang otak ke arah bawah akan terhambat di syaraf tulang belakang sehingga tegangan otot menjadi nol dan seluruh tubuh kecuali bola mata akan lumpuh total. Ini menjadi semacam mekanisme pengaman bagi diri agar tubuh tidak bergerak-gerak dalam tidur mengikuti skenario mimpi.

Jika mimpi berisi emosi yang kuat, hambatan tersebut seolah dapat tertembus dan si pemimpi dapat bergerak atau berteriak secara tiba-tiba. Mimpi yang berisikan emosi menyenangkan yang kuat pun dapat muncul sebagai seberkas senyum, seperti misalnya ketika memimpikan kekasih yang sedang jauh dari dekapan.

No comments:

Post a Comment