Wednesday, March 10, 2010

Mekanisme Hypnosis Bukan Sulap

Hipnosis atau hipnotis di Indonesia sangat lekat dengan nilai-nilai negatif. Entah dikaitkan dengan klenik dan mistis, atau dinilai berbahaya karena sering dipakai orang dalam melakukan aksi kejahatan. Padahal, jika diterapkan secara benar, hipnosis memiliki beragam manfaat. 

Hipnosis memiliki manfaat mengatasi masalah kejiwaan, kecanduan obat, hingga melangsingkan tubuh. Bahkan di dunia Barat, hipnosis sudah digunakan sebagai metode alternatif pengganti anestesi. Pasien yang mau dioperasi di dokter bisa memilih dihipnosis agar tak lagi merasakan sakit.
Di Indonesia, hipnosis sudah hadir cukup lama. Bahkan, organisasi The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) yang menaungi para ahli hipnosis atau hipnoterapis di Indonesia sudah didirikan sejak 2002. Namun, karena kondisi psikologis masyarakat yang sangat lekat dengan hal-hal berbau mistis, hipnosis pun sulit diterima. Apalagi, banyak juga kejahatan yang dilakukan dengan menyalahgunakan hipnosis. 

Hipnosis mulai menjadi tren sejak setahun belakangan. Tak bisa dimungkiri, munculnya acara televisi yang dipandu Romy Rafael menjadi celah hingga hipnosis bisa diterima masyarakat. Pasalnya, Romy mengemas hipnosis menjadi sebuah hiburan, sehingga menarik disaksikan seluruh lapisan masyarakat. 

“Karena stereotipe hipnosis sudah buruk di Indonesia, saya mencoba memperkenalkannya lewat dunia hiburan. Kalau langsung memperkenalkan fungsi dan kegunaan hipnosis secara langsung, masyarakat bisa akan bosan dan hasilnya tak efektif. Dengan mempopulerkan lewat dunia hiburan terlebih dulu, hipnosis akan memiliki eksistensi. Nah, dari situ kemudian saya baru memperkenalkan apa sebenarnya hal-hal positif yang bisa didapat dari hipnosis,” tutur Romy. 

Hipnosis pun meledak menjadi sesuatu yang baru di Indonesia. Memang, masih banyak yang memandangnya dengan sebelah mata. Namun, setidaknya sebagian sudah mulai mau percaya. 

Hal itu ditunjukkan lewat jumlah klien Romy yang terus meningkat. Saat ditanya, kira-kira berapa jumlah klien yang pernah ditanganinya, Romy menggeleng tanda tak ingat. Maklum, ia tak hanya melayani klien yang berkonsultasi secara one on one, namun juga kerap menggelar seminar atau acara hipnosis massal. Salah satunya bahkan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai acara hipnosis terbesar di Indonesia dengan peserta 8.000 orang sekaligus. 

Meledaknya hipnosis di Indonesia memberikan dampak positif terhadap hipnoterapis yang sudah berkutat di bidang ini sejak lama. Di antaranya NSK Nugroho dari klinik HypnoCare dan Mukti dari klinik Diamond in You Hypnotherapy. Keduanya sama-sama berkutat di dunia ini sebelum hipnosis menjadi tren. Bahkan Nugroho merupakan salah seorang pendiri dan anggota IBH dan telah menjadi anggota dua organisasi hipnoterapis internasional, yakni National Guild of Hypnotist serta International Association of Counselors and Therapists sebagai hipnoterapis bersertifikat. 

Motivasi Kuat
 
Metode yang digunakan Nugroho, Mukti, maupun Romy tak berbeda jauh meski tetap ada perbedaannya. Saat klien mendaftar, mereka akan ditanya mengenai keluhan masing-masing. Lalu, pada sesi awal, klien akan berbincang-bincang singkat dengan hipnoterapis yang menanganinya. Dengan demikian terapis akan mengetahui pola pikir klien, sekaligus merasakan adanya chemistry dan koneksi serta mengetahui latar belakang permasalahan klien. 

“Namun, dalam sesi awal ini, saya berhak menolak klien, begitu juga sebaliknya. Ada beberapa hal yang membuat saya bisa begitu. Salah satunya jika saya merasa tak sanggup menangani klien saya akan mereferensikannya kepada terapis lain,” kata Romy. 

Keluhan yang dibawa klien ke terapis ini juga bermacam-macam, mulai dari masalah kejiwaan, stres, ingin mengurangi berat badan hingga menambah rasa percaya diri. Rata-rata, keluhan-keluhan tersebut bisa diselesaikan setelah tiga-lima sesi pertemuan. Namun, itu pun masih bervariasi. Jika masalahnya sangat pelik dan unik, bisa jadi sesi pertemuan yang dibutuhkan pun jauh lebih banyak lagi. 

Menurut Mukti, umumnya hipnosis gagal dilakukan kepada orang yang tak bisa menyugesti dirinya sendiri. Pasalnya, dasar hipnosis adalah sugesti diri. Selain itu, menurut Nugroho, hipnosis tidak akan memberikan hasil instan bak sulap. Dibutuhkan waktu juga kemauan si klien untuk berubah.
“Karena itu, proses wawancara sebelum sesi hipnosis penting untuk dilakukan. Kami harus mengetahui motivasi klien. Hipnosis bisa dilakukan jika klien mau melakukannya, bukan karena paksaan dari orang lain,” Nugroho menjelaskan. 

Romy menambahkan, tingkat kegagalan kliennya biasa terjadi akibat ia tak mau menuruti kurikulum terapi yang dilakukannya. Menurut Romy, seorang terapis hanya berfungsi sebagai fasilitator perubahan. Kemauan untuk berubah harus datang dari si klien sendiri. Harus ada kerja sama penuh antara klien dan terapisnya agar hipnosis bisa berhasil dengan sukses. 

“Kalau klien tidak mau, kami pun tak bisa apa-apa. Makanya, terapi untuk berhenti menggunakan narkoba misalnya, harus dicari dulu, motivasinya berasal dari klien sendiri atau orang lain. Kalau ia disuruh oleh orang lain, padahal dia sendiri masih nyaman dengan itu, bisa-bisa terapinya tak akan sukses,” kata Romy. 

Cari Akar Masalah
 
Dalam sesi terapi, umumnya terapis akan mencari akar masalah yang dihadapi sang klien. Dengan mencari akar permasalahannya, diharapkan benang kusut masalah yang dialami klien bisa diurai. 

Seperti masalah pelangsingan tubuh misalnya. Menurut Nugroho, banyak klien yang tidak minta agar tubuhnya langsung kurus secara instan. Namun banyak juga yang minta agar cara pandang dirinya terhadap tubuhnya sendiri diubah, sehingga rasa percaya diri akan muncul sendiri. 

“Kalau ia sudah merasa pede, efek langsing dan menarik akan keluar dengan sendirinya juga,” tuturnya. 

Dalam istilah yang digunakan Romy, akar masalah seseorang disebut tranquilizer atau penenang. Pecandu rokok biasanya menganggap rokok sebagai penenang, yang bisa menenangkannya dari masalah atau sebagai pemicu untuk mendapatkan ide. Sementara orang-orang yang menderita kegemukan memiliki penenang masing-masing, dari es krim, cokelat hingga makanan siap saji, sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah. 

Jika yang diselesaikan adalah akar dari segala masalah si klien, niscaya mereka tak akan lagi mencari pelarian untuk bisa menenangkan diri. Efeknya akan muncul kemudian hingga si klien bisa berhenti merokok atau menghentikan konsumsi makanan berlebih hingga tubuh menjadi lebih langsing. 

Juga, ketiganya menekankan, hipnosis tak akan bisa memberikan hasil instan bak sulap. Dibutuhkan proses serta keinginan dari diri sendiri agar bisa sukses secara bertahap.

No comments:

Post a Comment